Anak-anak ajaibku tidak butuh UN
Basically, waktuku lebih banyak kuhabiskan bersama anak-anakku ketimbang dengan keluargaku sendiri.
Delapan setengah jam, bersama lema belas anak ajaib di kelas selama lima hari sepekan.
15 jam perpekan untuk setiap kelas, dan dua jam setiap hari untuk anak-anak privatku.
Lebih banyak pikiran dan hati kucurahkan untuk mereka dibandingkan waktu untukku berjalan-jalan, hang out bareng temen atau sekedar nonton DVD seperti dulu sebelum aku mulai memutuskan untuk jadi guru.
Tapi tidak sedikitpun aku menyesali kelelahan batin dan fisik yang kurasakan selama aku bekerja.
Karena ada banyak hal setiap detiknya yang aku pelajari dan dapatkan dari segala hal yang mereka lakukan dan ucapkan.
Setiap reaksi atas aksi yang kulakukan,,,aku menikmatinya.
Meskipun kadang itu hal yang membuatku nyaris meledak, menangis sejadi-jadinya atau ingin membentur-benturkan kepala di dinding...
Aku menjalani masa sekolahku nyaris tanpa masalah akedemik.
Nyaris, karena nggak selalul mulus...ada stu atau dua masalah, tapi nggak pernah berdampak terlalu besar ke nilai-nilai yang harus aku terima.
Nggak pernah ada masalah juga dengan tiap sekolah dimana aku menimba ilmu.
Meski selama di SMA nggak pernah dapat ranking, tapi aku nggak pernah menerima hasil mengkhawatirkan.
Terutama di mata pelajaran sains, macam Math, Chemstry, Physics...mungkin kecuali Biology...
Aku nggak begitu suka dan bisa Biology, tapi nggak berarti juga nilaiku jelek...cukuplah.
Aku juga tidak pernah punya masalah dengan segala macam tes keluar atau tes masuk sekolah, mulai dari tes untuk menentukan kelulusan SD, yang waktu itu namanya masih EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), dan ada tes prakteknya yaitu EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir).
TErus tes kelulusan SMP dan SMA, yang namanya masih sama, EBTANAS dan EBTA.
Kemudian tes masuk Perguruan Tinggi (Universitas) Negeri yang waktu itu disebut UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)...
Nggak masalah karena aku berhasil melaluinya dengan baik.
Dan menyelesaikan pendidikan dengan cukup baik.
Sampai ketika campur tangan TUHAN yang tidak kumengerti mengubah semua bayangan tentang masa depanku.
Aku, sekarang, berada di sebuah sekolah, dan dititipi Lima Belas anak ajaib yang kupegang sendiri...
Dan Empat Puluh Empat Anak ajaib lainnya yang harus kupantau asupan matematisnya...
Selain itu aku masih punya empat orang anak lain yang harus di'tatar' secar privat, sekitar seminggu sekali...
Basically, waktuku lebih banyak kuhabiskan bersama anak-anakku ketimbang dengan keluargaku sendiri.
Delapan setengah jam, bersama lema belas anak ajaib di kelas selama lima hari sepekan.
15 jam perpekan untuk setiap kelas, dan dua jam setiap hari untuk anak-anak privatku.
Lebih banyak pikiran dan hati kucurahkan untuk mereka dibandingkan waktu untukku berjalan-jalan, hang out bareng temen atau sekedar nonton DVD seperti dulu sebelum aku mulai memutuskan untuk jadi guru.
Tapi tidak sedikitpun aku menyesali kelelahan batin dan fisik yang kurasakan selama aku bekerja.
Karena ada banyak hal setiap detiknya yang aku pelajari dan dapatkan dari segala hal yang mereka lakukan dan ucapkan.
Setiap reaksi atas aksi yang kulakukan,,,aku menikmatinya.
Meskipun kadang itu hal yang membuatku nyaris meledak, menangis sejadi-jadinya atau ingin membentur-benturkan kepala di dinding...
Basically, waktuku lebih banyak kuhabiskan bersama anak-anakku ketimbang dengan keluargaku sendiri.
Delapan setengah jam, bersama lema belas anak ajaib di kelas selama lima hari sepekan.
15 jam perpekan untuk setiap kelas, dan dua jam setiap hari untuk anak-anak privatku.
Lebih banyak pikiran dan hati kucurahkan untuk mereka dibandingkan waktu untukku berjalan-jalan, hang out bareng temen atau sekedar nonton DVD seperti dulu sebelum aku mulai memutuskan untuk jadi guru.
Tapi tidak sedikitpun aku menyesali kelelahan batin dan fisik yang kurasakan selama aku bekerja.
Karena ada banyak hal setiap detiknya yang aku pelajari dan dapatkan dari segala hal yang mereka lakukan dan ucapkan.
Setiap reaksi atas aksi yang kulakukan,,,aku menikmatinya.
Meskipun kadang itu hal yang membuatku nyaris meledak, menangis sejadi-jadinya atau ingin membentur-benturkan kepala di dinding...
Aku menjalani masa sekolahku nyaris tanpa masalah akedemik.
Nyaris, karena nggak selalul mulus...ada stu atau dua masalah, tapi nggak pernah berdampak terlalu besar ke nilai-nilai yang harus aku terima.
Nggak pernah ada masalah juga dengan tiap sekolah dimana aku menimba ilmu.
Meski selama di SMA nggak pernah dapat ranking, tapi aku nggak pernah menerima hasil mengkhawatirkan.
Terutama di mata pelajaran sains, macam Math, Chemstry, Physics...mungkin kecuali Biology...
Aku nggak begitu suka dan bisa Biology, tapi nggak berarti juga nilaiku jelek...cukuplah.
Aku juga tidak pernah punya masalah dengan segala macam tes keluar atau tes masuk sekolah, mulai dari tes untuk menentukan kelulusan SD, yang waktu itu namanya masih EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), dan ada tes prakteknya yaitu EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir).
TErus tes kelulusan SMP dan SMA, yang namanya masih sama, EBTANAS dan EBTA.
Kemudian tes masuk Perguruan Tinggi (Universitas) Negeri yang waktu itu disebut UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)...
Nggak masalah karena aku berhasil melaluinya dengan baik.
Dan menyelesaikan pendidikan dengan cukup baik.
Sampai ketika campur tangan TUHAN yang tidak kumengerti mengubah semua bayangan tentang masa depanku.
Aku, sekarang, berada di sebuah sekolah, dan dititipi Lima Belas anak ajaib yang kupegang sendiri...
Dan Empat Puluh Empat Anak ajaib lainnya yang harus kupantau asupan matematisnya...
Selain itu aku masih punya empat orang anak lain yang harus di'tatar' secar privat, sekitar seminggu sekali...
Basically, waktuku lebih banyak kuhabiskan bersama anak-anakku ketimbang dengan keluargaku sendiri.
Delapan setengah jam, bersama lema belas anak ajaib di kelas selama lima hari sepekan.
15 jam perpekan untuk setiap kelas, dan dua jam setiap hari untuk anak-anak privatku.
Lebih banyak pikiran dan hati kucurahkan untuk mereka dibandingkan waktu untukku berjalan-jalan, hang out bareng temen atau sekedar nonton DVD seperti dulu sebelum aku mulai memutuskan untuk jadi guru.
Tapi tidak sedikitpun aku menyesali kelelahan batin dan fisik yang kurasakan selama aku bekerja.
Karena ada banyak hal setiap detiknya yang aku pelajari dan dapatkan dari segala hal yang mereka lakukan dan ucapkan.
Setiap reaksi atas aksi yang kulakukan,,,aku menikmatinya.
Meskipun kadang itu hal yang membuatku nyaris meledak, menangis sejadi-jadinya atau ingin membentur-benturkan kepala di dinding...